Pages

Subscribe:

Tentang kawat gigi

Kawat gigi belakangan menjadi trend di berbagai kalangan. Motif pemakainya pun berbeda-beda, ada yang untuk kesehatan, kerapian maupun mempercantik penampilan. Bahkan Krisdayanti atau KD dan Titi DJ, penyanyi papan atas Indonesia pun rela sulit makan terhalang kawat gigi karena ingin tampil lebih oke.
Memang, siapa yang mau punya gigi berantakan dan tidak enak dilihat? Begitu juga kalau kita melihat anak kita. Semua orang pasti ingin anaknya tampil sempurna dengan senyum cemerlang. Semua orang ingin punya anak dengan deretan gigi putih dan rapi seperti gigi model iklan pasti gigi di TV.
Untuk mencegah simpang siurnya gigi, memang lebih baik melakukan pencegahan ketimbang mencari solusi semisal kawat gigi karena memerlukan biaya yang relatif tak sedikit. Maklum bahan kawat gigi juga beragam, dari yang termurah dengan berbahan besi, hingga berbahan porselen yang berkesan transparan, sampai yang paling menakjubkan yaitu kawat gigi berbahan dasar emas yang mencapai harga puluhan juta rupiah.
Susahnya, semua anak kecil pasti suka makanan yang manis-manis yang menjadi kontributor besar kerusakan gigi. Padahal banyak penelitian menyatakan bahwa gigi yang sehat berawal dari gigi yang susunannya teratur rapi. Jika anak terpaksa memakai kawat gigi atau bracket apa saja yang perlu diperhatikan orang tua?

Umur minimal pasang kawat gigi

Untuk ABG atau orang dewasa, berbagai persyaratan dalam memakai kawat gigi dirasa baik-baik saja, meski harus menahan rasa sakit dan bersikap hati-hati merawatnya. Berbeda dengan anak kecil yang masih berlaku sesuka hati serta sulit dinasihati.

Itulah sebabnya, banyak orangtua bertanya umur berapa anak mulai bisa memakai kawat gigi. Menurut drg. Nia.C.Noerhadi, MDSc, SpOrt, pertanyaan tersebut memang paling sering diajukan para orangtua yang bermaksud memasang kawat gigi untuk anak mereka. “Umur awal pemakaian kawat gigi sangat bervariasi, tergantung jenis kasus, umur tulang gigi, dan umur gigi seorang anak,” ujar drg. Nia.

Sebagaimana diketahui, tahap pertumbuhan gigi anak terbagi tiga tahap. Mulai usia enam bulan hingga enam tahun, anak memasuki tahap gigi susu, dan berganti menjadi gigi campur sejak usia 6 tahun hingga anak memasuki masa pubertas. Pada akhirnya gigi akan berganti menjadi gigi dewasa/tetap ketika anak berusia 12 tahun atau ketika mencapai usia puber.
Kendati demikian, banyak ahli orthodontist menyarankan saat terbaik memulai pemasangan kawat gigi adalah pada akhir masa gigi campur atau ketika anak memasuki masa pubertas. Alasannya agar tidak kehilangan kesempatan memodifikasi gigi dan masa perawatan tidak terlalu lama.
“Di satu sisi anjuran ini menimbulkan dilema karena secara psikologis, anak usia pubertas susah menurut perintah orangtuanya apalagi mematuhi anjuran dokter gigi. Kecuali apabila keinginan memakai kawat gigi datang dari dorongan dirinya sendiri, misalnya karena cemoohan temannya, maka perawatan dapat berlangsung cepat,” tutur ibu tiga anak ini.
Tapi sesuai dengan peningkatan pengetahuan dan perkembangan ilmu spesialis orthodonsi serta alat yang memadai, dokter mulai berpendapat bahwa dalam beberapa kasus pemakaian kawat gigi di usia dini malah lebih baik karena dapat mencegah pencabutan gigi tertentu.
Misalnya pada kasus seorang anak yang rahang bawah lebih maju dari rahang atas (cakil) atau sebaliknya, rahang atas lebih maju dari rahang bawah (tonggos). Pada kasus seperti itu perawatan justru lebih baik di lakukan lebih awal untuk mencegah komplikasi perawatan yang lebih sulit saat dewasa. Biasanya dokter akan menyarankan mulai perawatan sejak gigi geraham pertama muncul atau diusia 6 tahun.

Patuhi komitmen bersama
Banyak hal yang harus diperhatikan orangtua yang menginginkan gigi anaknya rapi dengan kawat gigi. Yang paling mendasar adalah mematuhi komitmen bersama. Orangtua harus pintar-pintar melakukan pendekatan pada anak agar mau mematuhi segala perintah dokter sehingga perawatan berjalan dengan baik. “Sebelum mulai perawatan penting untuk memotivasi pasien dan orangtuanya karena perawatan ini tidak mudah, memerlukan waktu lama, hingga perlu komitmen bersama,” tutur drg. Nia yang juga pemilik Klinik Gigi Smile di Jakarta ini.
Pada kunjungan pertama biasanya dokter akan memeriksa secara menyeluruh keadaan pasien, baik itu keluhan pasien, data hasil foto x-ray, maupun dari pemeriksaan langsung oleh dokter gigi. Selain itu dokter juga akan memperbaiki kesehatan gigi terlebih dahulu, misalnya menambal gigi yang berlubang atau membersihkan plak dan karang gigi.
Perbaikan kondisi kesehatan gigi menjadi penting agar tidak timbul efek negatif penggunaan kawat gigi. Karena adanya bakteri atau gigi yang berlubang dapat menyebabkan jangka waktu perawatan yang lebih lama.
Adanya cincin (ban) tempat memasang kawat gigi yang ditempatkan di gigi geraham mau tak mau dapat menyebabkan efek penyikatan gigi tidak optimal. Juga letak bracket yang menempel di gigi, bisa menghalangi sikat gigi dalam membersihkan gigi. Karenanya penting agar dokter gigi mengajarkan penggunaan sikat gigi khusus bagi pengguna kawat gigi. “Dengan gigi yang bersih dan gusi yang sehat maka pergerakan gigi juga lebih cepat dan lebih baik,”tegas Dosen Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia ini.

Konsekuensi

Di masa awal pemasangan biasanya timbul keluhan pada anak, misalnya kesulitan mengunyah makanan, sariawan, atau perasaan tidak nyaman. Harus dijelaskan bahwa semasa menggunakan kawat gigi ada konsekuensi yang harus dijalani anak.

Diantaranya anak tidak boleh sembarangan mengonsumsi makanan yang bisa merusak gigi atau menimbulkan karang gigi seperti coklat atau minuman bersoda. Bahkan memakan apel pun harus ada trik tersendiri, tidak boleh langsung digigit dengan gigi depan karena bisa melepas bahkan mematahkan kawat gigi yang dikenakannya.

Jenis kawat gigi yang dipakai anak-anak lebih sederhana dibandingkan pada orang dewasa. Menurut drg.Nia biasanya anak akan diusahakan memakai kawat gigi jenis tidak permanen atau yang dapat dilepas sewaktu-waktu (kawat gigi lepas-pakai).
Layaknya akar pohon, di bawah akar gigi terdapat lubang tempat tulang gigi, ketika gigi bergeser akibat kawat gigi, gusi juga ikut bergeser, sehingga perlu waktu untuk mengisi lubang kembali, itulah sebabnya ada batas waktu yang harus ditepati bila menggunakan kawat tidak permanen. “Lama pemakaian kawat gigi lepas-pakai minimal 14 jam sehari agar efektif dampaknya,” imbuhnya.

Lama memakai

Lamanya pemakaian kawat gigi berbeda pada tiap kasus. Apabila kasusnya tergolong sederhana, apalagi dilakukan ketika anak pada masa pertumbuhan, maka waktu yang dibutuhkan hanya sekitar dua tahun. Lain halnya bila dilakukan pada orang dewasa, biasanya waktu yang dibutuhkan lebih lama.

Selama memakai kawat gigi, pasien wajib melakukan kontrol 3-4 minggu sekali. Ketika kontrol, dokter gigi akan mengganti karet yang melekat di bracket anak. Karet ini bisa beragam bentuk dan warnanya. Apabila ada kawat gigi yang patah atau lepas, sebaiknya segera dilakukan kontrol ke dokter gigi agar dapat diperbaiki.
Ada kalanya bila menangani gigi tonggos atau cakil, yang mulai dikenakan sejak anak berusia enam tahun, penggunaan kawat gigi hanya dalam jangka waktu 3-4 bulan. Setelah kawat gigi dilepas, perkembangan gigi anak harus terus dipantau hingga memasuki usia puber. Ketika gigi tetapnya telah tumbuh lengkap. baru dipertimbangkan apakah masih perlu mengenakan kawat gigi kembali.
Menyadari biaya pemasangan kawat gigi yang relatif mahal, maka perlu dipertimbangkan lagi perlu tidaknya mengenakan kawat gigi. “Bila anak belum bisa menjaga kebersihan mulut atau belum siap, sebaiknya jangan dulu menggunakan kawat gigi, apalagi jika hanya mengikuti trend,” tegas Master lulusan University of Melbourne ini menyimpulkan.

Tips Saat Memakai Kawat Gigi

1. Selalu jaga kebersihan gigi dengan menyikatnya sehari dua kali atau setelah makan
2. Hindari makanan mengandung gula seperti coklat, jelly, permen berkaramel, permen karet karena sulit dibersihkan, atau makanan keras, karena makanan jenis ini dapat merangsang lepasnya kawat gigi
3. Makanan sebaiknya dipotong kecil
4. Sikat orthodontik cocok untuk membersihkan baik kawat gigi ataupun gusi
5. Periksa ke dokter secara berkala
6. Peran serta orangtua dibutuhkan untuk keberhasilan perawatan dengan kawat gigi. Pegang terus komitmen bersama