Pages

Subscribe:

Bolehkah Penderita Anemia Berpuasa?


Foto menunjukkan hasil mikroskop standar (atas) dibandingkan dengan mikroskop dari iPhone(bawah). Gambar kiri adalah sel darah merah penderita anemia dan kanan adalah pembesaran material kristal.
Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Namun, ada kondisi tertentu yang menyebabkan orang dibolehkan untuk tidak berpuasa, misalnya karena menderita suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Seandainya tetap berpuasa, diperlukan syarat serta anjuran tertentu agar kondisinya tidak memburuk.

Salah satu gangguan kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dalam kaitan dengan puasa adalah anemia (kurang darah). Banyak penderita anemia yang tetap berpuasa, tapi pola menunya tidak diatur, bahkan terkadang asal kenyang. Kondisi seperti ini bisa memperparah penyakitnya dan membahayakan tubuhnya.

Dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Nadia Ayu Mulansari menjabarkan gejala yang sering dirasakan penderita anemia, antara lain mudah lelah, pusing, dan kurang bersemangat. Dalam keadaan cukup berat, rasa pusing disertai mata berkunang-kunang. Sedangkan, tanda-tanda yang mudah dikenali antara lain wajah menjadi pucat, terutama terlihat pada warna bibir, lidah, dan kelopak mata. Penyebab kondisi lesu darah seperti ini bermacam-macam. ''Namun, yang paling sering dialami, terutama oleh wanita, adalah karena kekurangan zat besi,'' kata Nadia.

Konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, banyak mengeluarkan zat besi akibat haid atau pendarahan, penyerapan yang kurang, dan penyebab lainnya membuat orang terkena anemia. Kondisi kekurangan darah ini bisa bertambah buruk jika penderita tetap berpuasa dan kurang memperhatikan menu makanannya. Anemia, kata Nadia, tidak terjadi seketika, melainkan berasal dari proses yang berangsur-angsur dan lama.

Untuk itu, perlu berkonsultasi kepada dokter sebelum berpuasa agar mengetahui seberapa parah anemia yang diderita dan memungkinkan atau tidak jika ingin berpuasa. Apabila dokter memperbolehkan penderita berpuasa, penderita anemia harus memperhatikan asupan makanan yang dibutuhkan. Jika diperlukan, bisa mengonsumsi vitamin dan obat penambah darah yang disarankan oleh dokter.

Jika dianalisis, penderita anemia sering tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori dari jadwal makan selama berpuasa. Sebab, penderitanya mengalami kekurangan sel darah merah dalam tubuh, padahal sel-sel darah merah bertugas mengalirkan nutrien ke setiap sel tubuh. Untuk itu, jika tetap ingin berpuasa, perlu memperhatikan asupan makanan yang tepat, yang bisa memperkuat kondisi tubuhnya. ''Banyak makan yang mengandung zat besi,'' pesan Nadia.

Zat besi merupakan komponen penting dalam pembentukan sel darah merah. Menu untuk berbuka maupun sahur harus mengandung cukup zat besi. Sumber zat besi, misalnya, hati, daging, kuning telur, tempe, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran yang berwarna hijau tua. Minum juga susu yang diperkaya protein, vitamin, dan mineral sebelum tidur.

Makanan yang paling tepat dikonsumsi bagi penderita anemia saat bulan puasa, menurutnya, adalah makanan yang tinggi kalsium, vitamin, serta mineral pada saat sahur dan berbuka. “Makanan yang banyak mengandung vitamin B perlu banyak dikonsumsi,” katanya. Vitamin B dan kalsium sangat baik untuk membantu meningkatkan sel darah merah.

Makanan peningkat kadar sel darah merah bisa berupa ikan, daging, dan juga sayur-sayuran. Sayur yang banyak mengandung vitamin dan kalsium, yang paling tepat untuk penderita anemia, adalah bayam, buah bit hijau, brokoli, dan jenis sayuran hijau lainnya.

Penderita anemia, sebaiknya mengurangi konsumsi kopi dan teh hitam. Sebab, minuman ini zat yang dapat mengganggu penyerapan zat besi. Pola makan sehat, istirahat cukup, serta hindari makanan dan minuman yang mengganggu kesehatan menjadi kunci untuk menjalani puasa sehat dan lancar bagi penderita anemia.

Oleh Rosita Budi Suryaningsih