Pages

Subscribe:

Tangani Alzheimer dengan Tepat

KEPEDULIAN masyarakat terhadap penyakit Demensia Alzheimer sampai kini masih rendah. Gejala dini penyakit ini sering terabaikan dan dianggap sebagai gejala yang umum dialami orang lanjut usia (lansia) dan merupakan bagian dari proses penuaan. Pasien juga seringkali kurang menaruh perhatian pada gejala yang timbul serta menyangkal kondisinya sendiri.

"Padahal, kegagalan mendiagnosis dini dapat mengakibatkan penanganan yang tidak tepat dan memberikan beban tambahan berupa beban ekonomi, sosial dan emosi pada penderita dan keluarga, " kata Ketua Asosiasi Alzheimer Indonesia Samino, pada media edukasi menyongsong Hari Azheimer Sedunia, Rabu (6/8), di Hotel Nikko, Jakarta .

Dalam menyongsong Hari Alzheimer Se-Dunia atau World Alzheimers Day yang diperingati setiap tahun pada 21 September, masyarakat dunia dihimbau meningkatkan kepedulian terhadap demensia Alzheimer agar kualitas hidup pasien dan keluarga dapat ditingkatkan. Tema Hari Alzheimer Se-Dunia tahun ini adalah No Time To Lose, yang artinya adalah tidak ada waktu yang terbuang percuma bagi lansia.

Peringatan World Alzheimers Day di Indonesia didukung oleh Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAz I) dan PT Eisai Indonesia. Event ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk membangun kepedulian akan kesehatan lansia di Indonesia, terutama untuk kesehatan otak mereka, mengingat jumlah lansia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, demikian dikatakan dr. Samino, SpS (K) menambahkan.

Demensia Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia akibat degenerasi otak yang tersering ditemukan dan paling ditakuti. Demensia yang disebabkan oleh Alzheimer, biasanya diderita oleh pasien usia lanjut dan merupakan penyakit yang menggerogoti daya pikir dan kemampuan aktivitas bagi penderitanya.

Demensia Alzheimer dikategorikan sebagai penyakit degeneratif otak yang progresif yang mematikan sel-sel otak sehingga mengakibatkan menurunnya daya ingat, kemampuan berpikir dan perubahan perilaku. Mengingat beban yang ditimbulkan penyakit ini, masyarakat perlu mewaspadai gangguan perilaku dan psikologik penderita demensia Alzheimer.

Gejala dini demensia Alzheimer antara lain gangguan memori yang mempengaruhi keterampilan pekerjaan; kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan dan berbahasa; gangguan pengenalan waktu dan tempat; kesulitan mengambil keputusan yang tepat; kesulitan berpikir abstrak; salah meletakkan barang; perubahan mood dan tingkah laku; perubahan kepribadian serta kehilangan inisiatif.

Salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam penanganan demensia Alzheimer adalah keperawatan. Masalah keperawatan pada pasien demensia Alzheimer meliputi perubahan proses berpikir (waham curiga); perilaku kekerasan; risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan; gangguan komunikasi; defisit perawatan diri; kehilangan motivasi dan minat; isolasi sosial (menarik diri); perubahan sensori perseptual, halusinasi;cemas; depresi.

Merawat penderita demensia Alzheimer tidak mudah, tapi bisa dilakukan. Pemahaman yang cukup tentang penyakit ini, kesiapan mental dan motivasi untuk berbagi merupakan modal utama dalam memberikan asuhan." Kasih sayang dan perhatian merupakan pintu masuk untuk memberikan asuhan yang utuh dan menyeluruh sehingga penderita merasa aman dan nyaman, " ujar Ibnu Abas, Wakil Kepala Pelayanan Medis, Sasana Tresna Wredha Karya Bhakti.

Tindakan keperawatan pada pasien dengan demensia Alzheimer sebaiknya dilakukan dengan membina hubungan saling percaya, menciptakan lingkungan yang terapeutik (tenang, tidak bising, sejuk, aman, warna dinding kamar teduh), reorientasi wto (waktu, tempat, orang), memberi perhatian cukup termasuk kebutuhan dasar, konsisten, menepati janji, empati dan jujur, melakukan kontak dengan pasien singkat tapi sering.

Menurut data yang ada, diperkirakan pada tahun 2040 jumlah penderita demensia di dunia menjadi sekitar 80 juta. Orang dengan demensia banyak yang hidup di negara-negara yang sedang berkembang sekitar 60 persen pada tahun 2001 dan diperkirakan meningkat hingga 71 persen tahun 2004. Peningkatan rata-rata di negara berkembang diperkirakan akan menjadi empat kali lebih tinggi dibandingkan negara maju.