Pages

Subscribe:

Nestle Bagikan 54.000 Buku Pengetahuan Nutrisi

Untuk mengantisipasi anak-anak gizi kurang dan gizi buruk, pengetahuan orangtua soal nutrisi dan tumbuh-kembang anak harus ditingkatkan. Ketidakpedulian orangtua terhadap tumbuh kembang anak memicu tingginya potensi anak mengalami gizi buruk. Saat ini dilaporkan empat juta anak Indonesia penderita kurang gizi terancam merosot kondisinya ke gizi buruk jika tidak ditangani semestinya.

Pakar Gizi Nestle Indonesia Erika Wasito mengatakan hal itu, Jumat (5/9) di Jakarta, setelah Nestle Indonesia selama dua bulan terakhir membagi-bagikan buku Medutainment: Senangnya Hatiku Waktu Makan Tiba secara gratis sebanyak 50.000 eksemplar ke rumah-rumah sakit di seluruh Indonesia dan 4.000 eksemplar disebarkan di empat kota besar (Surabaya, Medan, Makassar, Medan, dan Bandung) melalui ibu-ibu gerakan PKK.

Sebelumnya, dalam seminar peluncuran Nestle Dancow Batita, ahli gizi anak dari Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Ali Khomsan MS mengungkapkan, kondisi empat juta anak Indonesia yang mengalami gizi kurang sungguh mengkawatirkan. Hal ini disebabkan dari 250.000 posyandu, yang aktif kurang dari 50 persen. Sementara pemerintah hanya mampu menangani 39.000 anak gizi buruk per tahun.

Erika Wasito menjelaskan, jika perilaku orangtua yang tidak peduli perkembangan berat badan anak dalam tiga bulan terakhir tidak diubah, potensi anak mengalami gizi buruk mencapai 70 persen. "Kebanyakan ibu-ibu tidak memperdulikan timbangan anak. Padahal, kalau dalam dua bulan berturut-turut tidak mengalami kenaikan berat badan, harus segera dicurigai mengalami gizi buruk, " ujarnya.

Agar ibu-ibu atau orangtua punya pengetahuan soal nutrisi, Nestle Indonesia melalui program Nestle Cerelac Turut Cerdaskan Para Ibu dan Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Buah Hati Indonesia, membagi-bagikan buku Medutainment: Senangnya Hatiku Waktu Makan Tiba, dengan harapan dapat mendorong para ibu mengembangkan ide-ide kreatif bagi buah hati masing-masing dalam mendorong dua hal yang paling penting dalam tumbuh kembang anak, yaitu nutrisi dan simulasi.

Dalam buku itu antara lain diungkapkan, di awal penyapihan (usia 6 bulan) kebutuhan 70-80 persen nutrisi bayi dipenuhi dari Air Susu Ibu (ASI), dan sisanya 20-30 persen dari makanan padat.

Seiring bertambahnya usia, perbandingan bergeser hingga usia 1 tahun, di mana ASI memenuhi 20-40 persen kebutuhan, dan 60-80 persen dipenuhi dari makanan padat.

Saat usia 24 bulan, kebutuhan dipenuhi dari makanan keluarga. Perubahan makanan padat terjadi dalam hal tekstur (halus hingga kasar), kondistensi (lunak hingga padat), porsi dan frekuensinya sesuai dengan kemampuan dan perkembangan buah hati.

Setiap anak, lanjut Erika, memiliki keunikan dalam kecepatan dan pencapaian tumbuh kembangnya. Pada saat makan, si buah hati idealnya bukan hanya memperoleh asupan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan fisiknya, tetapi juga menerima berbagai stimulasi yang mampu merangsang perkembangan mental dan intelektualnya.

"Yang utama bagaimana orangtua dapat membuat waktu makan menjadi saat yang istimewa dan menyenangkan untuk si kecil, sehingga ia bisa menjadi anak yang sehat, cerdas, dan selalu ceria," katanya.

Dalam konsep Medutainment, makan harus menjadi momentum entertainment bagi sang anak maupun ibu. sehingga saat makan adalah saat berinteraksi yang penuh keceriaan bersama buah hati.

Selain membagi-bagikan buku pengetahuan soal nutrisi secara gratis, Nestle Cerelac bekerjasama dengan sejumlah pasar swalayan, juga menggelar Meduatainment Zone. Medutainment Zone merupakan acara bagi para orangtua dalam memperoleh informasi dan tips seputar tumbuh-kembang anak yang dikemas secara interaktif dan menyenangkan, melalui tiga zona, yaitu Meal Zone (dapur ibu cemerlang dan info saji nutrisi), Education Zone (talkshow dan pelatihan, games tumbuh kembang), dan Entertainment (bingkai cinta cemerlang, mucic corner, kids play ground).