Pages

Subscribe:

VERTIGO, AWAL DARI STROKE

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

Pada umumnya sehabis tidur nyenyak semalaman, badan kita akan terasa segar kembali. Rasa lesu dan capek pun hilang. Sebaliknya, kalau saat bangun tidur kepala malah terasa pusing atau berputar (sehingga mengakibatkan tubuh sempoyongan saat kita mencoba berjalan), lalu dibarengi pula rasa mual, dalam hati kita langsung bertanya-tanya, jangan-jangan ada yang kurang beres di bagian kepala kita. Gejala sempoyongan ini biasanya dihubungkan dengan gangguan pada sistem keseimbangan yang sering disebut vertigo.

Gangguan keseimbangan ini cukup beragam, sehingga banyak di antara para penderita sulit mengemukakan keluhannya secara rinci dan tepat. Ada yang muncul saat berbaring pada posisi tertentu, ada yang saat tengadah. Ada lagi penderita yang gejalanya mereda sendiri setelah mengalami vertigo selama beberapa hari. Namun setelah mereda, penderita masih diganggu oleh rasa tidak stabil seolah berada di atas kapal yang diombang-ambingkan ombak. Ada pula vertigo yang baru muncul setiap kita berhadapan dengan keramaian, atau sebaliknya, saat kita berada di tengah lapangan luas yang kurang penerangan. Jangan dilupakan pula vertigo yang banyak dialami oleh para penyelam yang belum berpengalaman, karena kehilangan orientasi sehingga merasa cemas bercampur bingung.

Untuk bisa mengetahui duduk perkara munculnya “penyakit” ini, kita perlu menengok sistem keseimbangan tubuh. Dalam otak terdapat alat keseimbangan tubuh sentral dan alat keseimbangan perifer (tepi). Otak kecil (cerebellum) yang letaknya di bagian belakang kepala merupakan pusat keseimbangan sentral. Sebab itu kalau kepala bagian belakang terbentur atau cedera pasti sistem keseimbangan kita akan terganggu dan muncullah gangguan vertigo.

Sedangkan alat keseimbangan perifer meliputi alat keseimbangan dalam telinga (vestibular). Sifatnya sangat sensitif terhadap perubahan atau kelainan apa pun pada organ tersebut. Misalnya akibat salesma berat, masuk angin, atau kurang tidur terjadi infeksi pada telinga, sehingga aliran darah kurang sempurna. Semuanya ini bisa menyebabkan vertigo.

“Vertigo karena gangguan pada sistem vestibular ini datangnya bisa mendadak (akut) dan dirasakan berat,” kata dr. Robert Loho Sp.S. dari RS Siloam Gleneagles, Lippo Karawaci, Tangerang. “Penderita merasa seolah-olah berputar, pusing tujuh keliling sampai mual dan muntah-muntah.”

Begitupun, menurut spesialis penyakit saraf ini, penanggulangan gangguan ini pada umumnya mudah dan cepat. “Dengan memberikan obat khusus, gangguan akan segera reda,” tambah Robert Loho.

Pemeliharaan keseimbangan tubuh memang dikendalikan oleh gerakan volunter (sengaja) dan reflektoris (refleks) kepala, leher, badan dan anggota gerak, bola mata, serta gerakan involunter organ tubuh bagian dalam. Arah sempoyongan yang dirasakan penderita selalu ke sisi yang terganggu, diikuti gangguan pandangan mata yang seolah-olah gelap serta gangguan organ dalam yang menyebabkan rasa mual dan muntah.

Selain karena gangguan pada organ telinga, vertigo bisa juga muncul karena gangguan pada mata atau leher. Misalnya, ukuran lensa antara mata kiri dan kanan berbeda jauh, atau terjadi gangguan pada sumbu mata sehingga penglihatan menjadi rangkap.

Gejala vertigo seringkali dikacaukan dengan gejala migren, padahal kedua hal ini tidak sama. Pada migren, sakit kepala terasa berdenyut-denyut pada satu sisi, serangan berlangsung 4 - 72 jam. Intensitas serangan bisa sedang sampai hebat disertai mual, acap kali sampai takut pada cahaya atau suara.

Banyak penderita migren mengalami gejala serangan distorsi dalam bentuk, posisi, waktu, dan tempat yang aneh. Gejala yang lebih parah, penglihatan berkurang-kunang, di tengah lapang pandangnya muncul bintik-bintik terang benderang (aura). Dalam beberapa saat bintik menjadi sebesar telur yang menyebar ke samping kiri. Tampak kabur atau gelap di tengahnya, dikelilingi cahaya terang. Bayangan ini setelah lima menit memudar pelahan-lahan. Tapi kemudian rasa nyeri di sebelah kepala mulai datang. Penderitanya jauh lebih sedikit dibandingkan penderita vertigo.

Penderitaan karena vertigo pada umumnya tidak seberat itu, kecuali kalau penyebabnya serius, seperti awal stroke atau tumor. Namun begitu diketahui penyebabnya, dengan obat tertentu gejala mudah dihilangkan.

Penyebab vertigo terbanyak, ungkap dr. Robert Loho, adalah gangguan pada leher. Muasalnya, tulang dan otot berfungsi sebagai struktur penyangga atau pendukung leher. Maka pengapuran pada tulang leher mudah menimbulkan ketegangan pada otot leher yang pada gilirannya akan memunculkan gejala vertigo. Ibarat selembar layangan, bila keseimbangan kiri dan kanannya tidak sama, maka layangan akan mudah oleng. Demikian juga yang terjadi pada kita bila terjadi gangguan pada leher.

“Banyak gangguan pada leher terjadi akibat pola hidup atau volume kerja tidak seimbang,” tutur dr. Robert. “Bagaimana stres tidak terjadi kalau saat masih gelap kita sudah berangkat bekerja dan baru pulang ketika hari sudah gelap? Dengan pola kerja demikian berarti kita tidak sempat untuk berolahraga maupun bersantai sedikit pun.”

Dokter ahli saraf ini mengingatkan, pekerjaan mengetik dengan posisi layar monitor komputer terlalu tinggi pun bisa menyebabkan vertigo (akibat ketegangan pada leher). Apalagi kalau kebiasaan ini dilakukan sampai bertahun-tahun. Posisi layar monitor akan lebih baik apabila tidak memerlukan posisi kepala tengadah, melainkan agak menunduk. Belum lagi kursi yang kurang ergonomis. Kursi putar hendaknya yang bisa berputar 900. Kalau hanya 45 0 terjadi batasan perputaran badan. Dengan sendirinya ini akan membebani leher dan pundak.

Kasus vertigo karena gangguan leher, selain diatasi dengan obat, juga dengan fisioterapi berupa latihan relaksasi untuk daerah leher. “Kalau perlu dilakukan traksi (otot-otot yang kaku ditarik) agar ruas yang menyempit bisa dipulihkan,” kata dr. Robert.

Bagaimana dengan timbulnya vertigo yang melibatkan organ otak sentral? Selain akibat cedera atau memar pada kepala belakang, ini bisa terjadi karena suplai darah ke otak berkurang atau tidak lancar. Bila aliran darah ke otak kecil kurang dari 50 ml/detik, maka seseorang akan mengalami vertigo, yang apabila tidak segera ditanggulangi bisa menimbulkan stroke.

Seseorang yang acapkali mengalami vertigo (bukan akibat benturan), disusul dengan gangguan wicara, misalnya mulai sulit menyebutkan apa yang dimaksud, patut dicurigai sebagai awal dari serangan stroke. Ia perlu segera dirawat. Apalagi bila gejala itu disertai hipertensi dan kadar kolesterol tinggi. “Sulitnya, banyak pasien yang tidak mengindahkan gejala awal stroke ini, sehingga datang dalam keadaan sudah parah,” lanjut dr. Robert.

Padahal pemeriksaan dengan alat canggih MRI (magnetic resonance imaging) akan mengungkap jelas apakah penderita benar mengalami gangguan pada pembuluh darah otak. Dengan obat pelancar aliran darah gangguan akan segera teratasi, sambil terus dipantau apakah gangguan kambuh kembali.

Kasus vertigo paling berat kalau disebabkan tumbuhnya tumor pada otak kecil atau dekat organ telinga. Pada umumnya gejala tidak akut, tapi kronik dan progresif. Artinya gejala yang dirasakan sesuai dengan pertumbuhan tumor. Semakin besar tumornya, semakin berat gejalanya. Adakalanya pula diikuti gejala telinga mendengung yang terus menerus. Dalam hal ini, cara penanggulangan satu-satunya ya operasi untuk menyingkirkan tumor, ditambah penyinaran.

Penting dicatat, bila kita berkali-kali merasakan sempoyongan, jelaskan secara rinci kepada dokter bagaimana riwayat pusing kita itu. Dengan demikian dokter dapat menggolongkan, vertigo kita termasuk berat atau ringan. Kasus ringan (walaupun gejalanya belum tentu ringan) kebanyakan tidak menimbulkan kerusakan pada organ tubuh. Ambil contoh vertigo karena stres. Penderita bisa saja mengalami gejala kepala berputar tujuh keliling sampai muntah-muntah. Namun begitu stres dapat dihilangkan, gejala akan sirna.

Juga termasuk ringan kalau vertigo terjadi sesaat setelah kita berganti posisi. Mungkin gara-garanya ada gangguan pada sistem vertibuler atau kepala habis terbentur. Dokter pun akan menganjurkan pasien untuk berlatih justru pada posisi ketika muncul vertigo. Latihan dilakukan secara bertahap. “Gejala seperti ini jangan dimanjakan sampai bertahun-tahun,” anjur dr. Robert. “Tapi secara pelahan-lahan justru dilatih pada posisi yang terganggu.”

Bila Anda sering merasa sempoyongan saat bangun tidur, janganlah bangun langsung berdiri. Lakukanlah secara pelahan-lahan, mulai dengan posisi duduk sebentar, baru berdiri. Kalau vertigo itu diduga karena gangguan telinga atau mata, hendaknya segera periksakan diri ke dokter spesialis THT atau mata.

Karena pada umumnya bukan merupakan gangguan kesehatan serius, semakin dini penanganannya, vertigo akan semakin cepat dapat diatasi.