Pages

Subscribe:

Melahirkan di dalam air (Water Birth)

Berminat melahirkan dalam air? Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Di Jakarta sudah ada yang menawarkan fasilitas itu. Seperti apa?
SAKIT! itulah yang ditakutkan kaum perempuan saat melahirkan. Tak heran bila teknik-teknik mengurangi sakit persalinan pun banyak diminati. Mulai persalinan Caesar, memakai bius epidural, hingga hipnobirthing atau melahirkan dengan dihipnotis agar tidak merasa sakit. Dan kini, teknik persalinan yang mulai banyak diminati adalah melahirkan dalam air.

Memang tidak ada teknik persalinan yang mampu menghilangkan rasa sakit hingga seratus persen. Paling cuma 80 persen saja. Tapi, kami ingin memberikan alternatif bagi para ibu yang akan melahirkan dengan mengurangi rasa sakitnya," ujarnya pada Bunda. Dijelaskan Otamar, proses melahirkan dalam air sebenarnya sudah ada sejak lama. Proses itu ditawarkan di Rusia pada l960-an oleh Igor Tjarkovsky. Sesuai perkembangan zaman, model persalinan itu pun terus berkembang ke Amerika Serikat, Eropa, dan Indonesia.

“Di Amerika sendiri melahirkan dalam air nggak begitu gampang diterima. Sebab, tahu sendirilah, mereka punya ego sendiri. Tapi, beberapa rumah sakit di Amerika sudah menggunakan teknik tersebut," ujar dokter yang juga praktik di Metropolitan Medical Center (MMC) itu. Di Indonesia sendiri, melahirkan dalam air mulai .diperkenalkan Oktober 2006 di Sammarie Clinic Healthcare. "Tapi, saya juga nggak tahu apakah ada yang lain. Di Klinik Sammarie sendiri sejak diperkenalkan Oktober 2006 sampai sekarang, sudah menangani sepuluh pasien. Dan yang berencana akan melahirkan dalam air juga masih banyak," papar Otamar.

KEUNTUNGAN

Dijelaskan Otamar dengan melahirkan dalam air pada dasarkan melahirkan secara normal, hanya saja tempatnya dalam air, bukan di tempat tidur. Teknik melahirkan dalam air tidak hanya menguntungkan ibu, tapi juga bayi yang dilahirkannya. Berikut ini keuntungan yang dapat diperoleh.

BAGI IBU
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh ibu yang melahirkan dalam air antara lain:

  • Rasa Sakit Berkurang

Dengan melahirkan dalam air, sakit akibat konstraksi dapat dikurangi hingga 60 persen. Sebab, dalam keadaan mengapung, kontraksi-kontraksi rahim akan lebih efisien, dan sirkulasi darah akan lebih baik. Sehingga, aliran oksigen ke otot-otot rahim akan lebih lancar, rasa sakit yang dialami ibu akan berkurang, dan pasokan oksigen untuk bayi akan lebih banyak.

  • Lebih Nyaman dan Rileks

Dengan berendam dalam air hangat, ibu akan lebih mudah mencari posisi yang dianggap nyaman untuk melahirkan. Si ibu hanya duduk, rileks dalam air sambil membuka kakinya dan tidak harus bergerak atau menarik nafas panjang. Sebab, air dengan sendirinya akan membantu memberikan dorongan tenaga.
“Ibu yang akan melahirkan itukan pasti stres karena sakit yang dirasakannya. Dengan berendam dalam air hangat, rasa stres itu dapat dikurangi, sehingga iya bisa merasa nyaman,” jelas Otamar.

  • Mengurangi Perobekan Perineum

Air hangat menyebabkan perineum (daerah antara vagina sampai anus) menjadi lebih elastis dan rileks. Sehingga mengurangi risiko robeknya jalan lahir dan kebutuhan melakukan episiotomi atau penjahitan.

  • Lebih Konsentrasi

Karena secara fisik lebih rileks, berendam dalam air hangat membuat ibu bisa lebih konsentrasi pada persalinannya.

  • Energi Meningkat

Pada tahap-tahap akhir persalinan, air dipercaya dapat meningkatkan energi ibu.

  • Turunkan Darah Tinggi

Berendam dalam air hangat dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kecemasan.

  • Persalinan Lebih Singkat

Dalam berendam dalam air hangat, sirkulasi darah akan lebih baik, sehingga kontraksi rahim juga akan lebih baik. Itu berarti pembukaan jalan lahir akan lebih cepat, sehingga persalinan juga lebih cepat.

BAGI BAYI
Tak hanya ibu yang mendapat keuntungan dari melahirkan dalam air. Bayi yang dilahirkan pun akan mendapat manfaat, seperti:

  • Lebih Merah

Bayi yang dilahirkan dalam air terlihat lebih merah, karena darahnya lebih cukup.

  • Kulitnya Lebih Bersih

Bayi yang dilahirkan dalam air memiliki kulit lebih bersih dan tidak hanya kulit ari. Sebab, lemak-lemaknya akan langsung bersih terkena air hangat.

  • Resiko Cedera Kepala Kecil

Resiko cedera kepala pada bayi yang dilahirkan dalam air, lebih kecil. Sebab, ia akan langsung jatuh ke dalam air dan dengan sendirinya akan mengapung.

  • Lebih Cerdas

Meski belum ada penelitian, menurut Otamar, bayi yang dilahirkan dalm air lebih cerdas. “Bisa jadi itu karena resiko terjadinya cedera kepala pada bayi lebih kecil,” ujar Otamar.

  • Lebih Nyaman

Meski sudah keluar dari rahim ibunya, bayi tetap merasa nyaman, karena ia merasa seperti berada dalam rahim ibunya.
Itu karena ia berada dalam air yang suhunya seperti suhudalam rahim. Itu berarti stres yang mungkin dialami bayi juga bisa dikurangi.

  • Resiko Keracunan Ketuban Lebih Kecil

Resiko bayi keracunan dari ketuban lebih kecil, karena air ketuban yang keluar langsung bercampur dengan air kolam.

  • Lebih Suka Air

Karena dilahirkan dalam air, bayi lebih sensitif terhadap air. Sebab, dalam memorinya sudah tersimpan dalam air.

Apakah bayi tak Tersedak Air?

"APAKAH bayi yang dilahirkan dalam air tidak akan tersedak air karena rnenangis'? Begitu pasti pertanyaan yang ada dalam benak para ibu. Menanggapi pertanyaan seperti itu, dr Otamar Samsudin SpOG dengan tegas menjawab, ''Tidak!".

"Dari sepuluh pasien yang saya tangani, tak pernah ada kasus bayi tersedak karena minum air. Dan yang perlu dipahami, bayi tidak akan mengisap udara, kecuali tali pusarnya sudah dipotong. Selama bayi masih terhubung dengan tali pusar, bayi akan menerima pasokan oksigen dari ibunya melalui tali pusar,” jelas Otamar.

Ditambahkannya, pada dasarnya bayi yang baru dilahirkan akan Iangsung menangis bila:

  • Terjadi perubahan suasana.
  • Terjadi perubahan suhu air.
  • Ari-ari terlepas atau terputusnya hubungan antara bayi dan ibunya (tali pusar terputus).

Namun, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kata Otamar, dokter spesialis anak juga harus siap sedia. Dengan begitu, "Ada tidaknya air yang masuk atau ada-tidaknya gangguan lainnya bisa langsung dideteksi dan segera diatasi dengan baik,” ujar Otamar.

PROSES

Seperti dikatakan Otamar, proses persalinan dalam air pada dasarnya seperti persalinan biasa. Karena itu, jangan membayangkan bahwa melahirkan dalam air itu rumit. Adapun tahapan proses persiapan hingga ibu melahirkan dalam air, menurut Otamar, adalah sebagai berikut:

  • Sterilisasi Kolam

Sebelum digunakan, kolam harus disterilisasi lebih dulu menggunakan desinfektan. Dengan begitu, kolam akan bebas kuman.

  • Pengisian Air

Setelah kolam dianggap bersih, baru diisi dengan air. Air tersebut haru sdisesuaikan dengan suhu tubuh ibu yang akan melahirkan. Itu penting untuk mencegah temperature shock saat bayi keluar dari rahim. Sterilitas air juga harus diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayi yang dilahirkannya.

  • Ibu Masuk Kolam

Ibu baru boleh masuk ke dalam kolam setelah jalan lahir membuka 5-6 sentimeter. “Itu untuk menghindari agar ibu tidak terlalu lama berada dalam air”, jelas Otamar. Jika ingin tenang menghadapi proses persalinan, sang suami bisa ikut mendampingi.

  • Bayi Lahir

Setelah kurang lebih 1-1,5 jam berendam dalam air, pembukaan biasanya sudah lengkap, sehingga bayi siap lahir. “Biasanya, dengan hanya sedikit tenaga untuk mengejan, bayi sudah keluar. Proses kelahiran bayi ini lebih mudah, karena air mempunyai sifat mendorong,” jelas Otamar. Setelah bayi lahir, ia tidak akan tenggelam, karena waktu dalam rahim pun bayi hidup dalam air ketuban selama sembilan bulan.

  • Bayi Diangkat
Setelah keluar, bayi diangkat dan langsung diberikan pada ibunya untuk mendapat pelukan hangat serta ciuman pertama dari ibunya. Setelah itu, baru pusarnya dipotong dan dibersihkan, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatannya.

Endometriosis

Endometriosis merupakan penyakit yang berhubungan dengan alat kandungan wanita, yang dipengaruhi oleh hormon seks, khususnya hormon estrogen. Penyakit ini dapat menyerang setiap wanita pada usia reproduksi baik yang sudah maupun yang belum menikah, kekerapannya diperkirakan sekitar 1-10%. Sebagian dari mereka menjalani penyakitnya tanpa gejala, sedangkan sebagian lagi menderita rasa nyeri hebat ketika haid (dismenorea), gangguan perdarahan dari rahim dan gangguan kesuburan (subfertilitas dan infertilitas).

Endometriosis juga dianggap sebagai penyakit wanita karier. Terutama dengan adanya kecenderungan masa kini, banyak wanita yang mendahulukan karier dan menunda masa pernikahan dan kehamilannya. Pendapat tersebut berdasarkan teori bahwa sistem hormon wanita dipersiapkan untuk proses melahirkan anak pada masa reproduksi, sehingga wanita yang menunda kehamilan sampai diujung masa reproduksinya (umur 30-an) menampilkan risiko lebih besar untuk mengalami ketidakseimbangan hormon terutama estrogen. Atas fakta ini, sebagian dokter menganggap kehamilan sebagai salah satu pilihan pengobatan bagi endometriosis. Ini terlihat bahwa 50% dari penderita endometriosis yang mencapai kehamilan ini gejala-gejala endometriosisnya hilang, tetapi pada 50% lagi mengalami kekambuhan setelah melahirkan.

Apa yang dimaksud dengan endometriosis ?

Endometriosis adalah jaringan mirip selaput bagian dalam dinding rahim (endometrium) yang tumbuh di luar rahim, di tempat tertentu dan tubuh wanita. Jaringan ini tumbuh dan menempel atau disebut susukan (implant) pada tempat-tempat seperti di indung telur (ovarium), saluran telur (tuba Falloppii), dinding rahim bagian luar, usus besar, kandungan kemih dan daerah sekitarnya. Atau bahkan di tempat yang lebih jauh dari perut seperti mata dan paru, meski hal ini jarang sekali terjadi.

Pertumbuhan dan reaksi jaringan endometriosis ini mirip sekali dengan pertumbuhan jaringan pada selaput bagian dalam rahim (endometrium). Setiap bulan indung telur mengeluarkan hormon estrogen yang merangsang pertumbuhan endometrium memper-siapkan lapisan permukaan dalam dinding rahim (endometrium) menebal dan mereng-gang (sekresi) untuk bersiap sebagai tempat telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio. Apabila sel telur tidak dibuahi, lapisan endometrium ini akan melepas-kan diri dan luruh pada saat haid.

Begitu juga yang terjadi pada endometriosis, mulanya menebal bersamaan dengan meningkatnya kadar estrogen, dan ketika kadarnya menurun, selaput itu luruh sehingga berdarah. Perdarahan ini menyebabkan pembengkakan dan iritasi pada daerah sekitar-nya, sehingga akan membentuk jaringan parut atau perlekatan. Perlekatan yang luas akan berakibat pada penempelan organ tubuh satu sama lain misalnya indung telur dengan usus kecil (intestinum), yang menyebabkan nyeri yang hebat.

Bilamana kadar estrogen menurun, misalnya karena pengobatan atau karena alami seperti menopause, keluhan pada endometriosis akan mereda atau bahkan menghilang. Semasa kehamilan, gejala dan keluhan juga dapat berkurang, karena pertumbuhan endometrium dan haid berhenti. Namun demikian, gejala itu hanya sementara saja reda, karena beberapa bulan setelah melahirkan atau persalinan, paling sedikit 50% dari gejala itu akan muncul kembali.

Apakah penyebab endometriosis?

Hingga kini penyebab endometriosis secara pasti belum diketahui. Beberapa pendapat telah dikemukakan, salah satu diantaranya menyatakan bahwa ketika haid serpihan endometrium, ada yang membalik masuk ke dalam saluran telur dan terus masuk ke dalam rongga panggul, kemudian menjadi penyerang (agresor) bagi selaput lendir perut (peritoneum) untuk berubah perangai dan bentuk menjadi tetumbuhan (seperti benalu) yang dapat menyusuk (implant) pada indung telur dan daerah sekitarnya. Proses ini dapat terus tumbuh berkembang. Pendapat lainnya adalah bahwa jaringan endometrium itu berpindah melalui pembuluh darah menuju ke berbagai tempat atau organ tubuh dan kemudian melekat dan bertumbuh. Selain itu diduga pula ada faktor bawaan (herediter) atau keturunan dalam keluarga untuk berbakat mempunyai komponen sel yang menjadi endometriosis tetapi ini tidak ada hubungannya dengan kanker (tumor ganas).

Apa saja gejala endometriosis?

Kadangkala endometriosis sama sekali tidak bergejala. Namun lebih sering memberikan gejala nyeri yang sangat beragam pada masa haid (dismenorea), karena ketika pelepa-san endometriosis, terjadi perdarahan dan peradangan pada daerah sekitarya. Gejala tambahan seringkali berupa kejang-otot (kram) rahim pada masa haid yang makin be-rat. Selain itu dapat pula timbul nyeri berkemih (disuria), nyeri sanggama (dispareunia), nyeri buang air besar (diskezia), nyeri pertengahan siklus haid (Mittelschmerz), dan nyeri selama ovulasi (pelepasan sel telur).

Dampak lain yang sering ditemukan pada pengidap endometriosis adalah gangguan kesuburan sehingga sukar hamil (infertil). Ini dialami oleh sekitar 30-40% wanita atau dua kali kejadian pada populasi umum. Pada kelompok wanita infertil yang memeriksakan diri ke spesialis ternyata hampir 93% mengidap endometriosis.

Bagaimana menentukan adanya endometriosis?

Diagnosis endometriosis tidak selalu mudah. Penentuan yang paling tepat adalah dengan melakukan pemeriksaan endodkopi rongga perut, yang lebih dikenal sebagai laparoskopi, yaitu suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat teleskop (teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga perut dan rongga panggul (pelvis) melalui suatu pembedahan kecil di daerah pusar (umbilikus).

Apa pilihan pengobatannya?

Sementara ini belum ada pilihan pengobatan yang pasti untuk menyembuhkan endometriosis. Sejumlah obat yang tersedia dewasa ini baru mampu mengendalikan gejala endometriosis, menekannya serendah mungkin dan memberikan kesembuhan sementara.

Pilihan pengobatan yang tepat akan tergantung pada umur, derajat dan luasnya penyakit, serta faktor keinginan mempunyai anak.

  1. Simtomatik (hanya menghilangkan gejala penyakit)

    Jika gejala penyakit endometriosis tidak terlalu berat, mungkin gabungan obat anti-nyeri seperti aspirin, parasetamol, atau/dan obat anti-radang seperti ibuprofen cukup menolong dalam mengurangi nyeri dan kejang otot rahim ketika haid. Namun obat-obat itu tidak menyembuhkan endometriosis, melainkan hanya mengurangi penderitaan sementara waktu.

  2. Pengobatan hormonal

    Dengan pemberian hormon, haid akan berhenti, sehingga mirip masa kehamilan atau menopause. Artinya, keadaan ini mirip peristiwa alami. Dengan berhentinya haid, maka gejala akibat endometriosis pun akan berkurang.

    1. Progesteron. Obat progesteron sintetik yang diberikan akan bekerja seperti hormon progesteron wanita. Pada dosis tinggi, hormon ini akan meng-hambat pelepasan sel telur dan membuat tubuh 'percaya' seolah telah terjadi suatu kehamilan. Akibatnya haid berhenti, dinding rahim menipis dan proses pertumbuhan endometriosis berhenti. Contoh obat yang mengan-dung progesteron adalah noretisteron dan medroksiprogesteron asetat (MPA). Pengaruh sampingannya adalah sindrom prahaid, seperti retensi air dan perubahan emosi (mood swing). Sebenarnya pengaruh sampingan yang lebih sering terjadi adalah perdarahan di luar masa haid, bertambahnya berat badan dan perut kembung.
    2. Kontrasepsi oral (pil KB). Terkadang pil kontrasepsi dipakai pula untuk mengobati nyeri pada penderita endometriosis. Obat ini harus dipakai terus-menerus untuk beberapa bulan. Selama itu haid akan berhenti. Tetapi kontrasepsi oral tidak dapat digunakan pada semua wanita, karena bergantung pada kondisi kesehatan dan gaya hidupnya.
    3. Danazol. Obat ini mengandung hormon androgen yang mirip dengan testosteron pada pria. Khasiatnya adalah menurunkan kadar estrogen sehingga timbul keadaan mirip menopause. Karena untuk tumbuhnya jaringan endometriosis dipengaruhi oleh estrogen maka akibatnya adalah endometriosis akan berhenti tumbuh jika kadar estrogen menurun. Pengaruh sampingan obat ini adalah timbul jerawat dan kulit berminyak, gejolak panas diseluruh tubuh, retensi cairan dan berat badan bertambah. Umumnya terjadi pertumbuhan rambut abnormal pada daerah yang tidak semestinya dan suara memberat seperti pria. Pengaruh sampingan ini akan hilang sendiri bila pengobatan dihentikan. Danazol biasanya diberikan selama 2-9 bulan. Obat lain adalah Gestrinon yang cara kerjanya dan pengaruh sampingnya mirip danazol. Biasanya dipakai dua kali dalam seminggu.
    4. Agonis GnRH. Obat ini merupakan jenis hormon yang relatif baru dipergunakan untuk pengobatan endometriosis. Dasar kerjanya meniru hormon otak yang mengendalikan pelepasan hormon estrogen secara beraturan. Pengaruh obat ini terhadap fungsi tubuh adalah membuat keadaan mirip menopause akibat penurunan estrogen, dan sebagian membuat jaringan endometrium mati. Agonis GnRH diberikan dengan berbagai cara :

      • Penyemprotan melalui lubang hidung (nasal spray) yang harus disemprotkan beberapa kali dalam sehari. Dengan cara ini yang penting adalah tidak terjadinya kelebihan dosis.
      • Obat lain yang masih segolongan adalah yang diberikan dalam bentuk suntikan depot bulanan. Contohnya, adalah small biodegradable pellet yang diletakkan di bawah kulit dan bekerja melepaskan obat yang terkandung di dalamnya secara teratur selama empat minggu (28 hari).

      Pengobatan biasanya selesai kurang lebih dalam 6 bulan. Agonis GnRH juga menyebabkan pengaruh sampingan, mirip menopause. Gejalanya adalah gejolak panas, vagina kering dan perubahan emosi. Selain itu dapat terjadi kehilangan kalsium tulang dalam jumlah kecil, yang pulih setelah pengobatan dihentikan.

    5. Penghambat aromatase (aromatase inhibitor). Obat ini merupakan gene-rasi terbaru dari jenis obat anti-endometriosis. Pemakaiannya didasarkan pada temuan terkini, bahwa endometriosis ternyata merupakan proses di dalam sel abnormal yang dapat berdiri sendiri atas kerja enzim atomatase. Oleh karena sifat proses tersebut, dapatlah diterangkan sekarang mengapa endometriosis juga sering ditemukan pada wanita meski sudah mengalami menopause. Keuntungan obat ini adalah proses endometriosis dapat dite-kan tanpa mengganggu proses pekembangan folikel di indung telur. Itulah mengapa selama pemberian obat ini, dapat terjadi kehamilan. Begitu dike-tahui hamil, obat ini harus segera dihentikan. Pemberian obat ini dapat dilakukan selama 6 bulan berturut-turut.

  3. Pembedahan

    Selain dengan obat, pembedahan juga merupakan pilihan lain untuk pengobatan endometriosis. Ada dua macam pembedahan yaitu:

    1. pembedahan konservatif
    2. pembedahan radikal.

    Pada pembedahan konservatif, dilakukan hanya pengangkatan atau penghancu-ran jaringan endometriosis yang terlihat saja. Pembedahan ini dapat dilakukan secara laparoskopi operatif. Dengan bantuan alat-alat yang sangat kecil, melalui teropong, jaringan endometriosis dapat diangkat atau dihancurkan. Kadangkala digunakan sinar laser. Dibandingkan dengan operasi besar (laparotomi) maka laparoskopi operatif ini lebih kecil risikonya karena sayatan pada dinding perut dibuat sangat kecil, sehingga rongga perut tidak terlihat ke luar.

    Pada pembedahan radikal, selain pengangkatan jaringan endometriosis, diangkat pula satu atau lebih organ reproduksi lainnya termasuk rahim. Tindakan ini ter-kadang diperlukan pada kasus endometriosis yang sangat sukar diatasi, terutama pada wanita yang sudah tidak ingin lagi mempunyai anak. Akibat pembedahan radikal ini, sudah tentu wanita tersebut tidak akan mengalami haid lagi.

    Namun kini lebih banyak wanita, jika mungkin, memilih mempertahankan indung telurnya dan meminta rahimnya saja yang diangkat. Tetapi sebenarnya indung telur itu adalah penghasil estrogen yang membuat jaringan endometrium dan endometriosis bertumbuh. Oleh karena itu pengangkatan indung telur tersebut tetap perlu dipikirkan. Apabila diangkat maka biasanya hormon estrogen peng-ganti masih perlu di berikan yang dikenal sebagai sulih hormon. Ini penting untuk mengendalikan gejala awal pramenopause akibat hilangnya indung telur. Sayangnya, sulih hormon ini dapat juga menyebabkan jaringan endometriosis kembali tumbuh sehingga mungkin sulih hormon akan dilakukan setelah jaringan tersebut dianggap mati.

    Informasi lebih tepat

    Pemilihan pengobatan endometriosis yang tepat sangat penting Anda tentukan bersama dokter Anda. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi yang khusus mendalami masalah endometriosis akan dengan senang hati membantu Anda keluar dari masalah yang Anda hadapi.